Selasa, 18 September 2012

Nikmatnya Selingkuh

Nama saya Cewmatre. Saya adalah anak pertama dari sebuah keluarga yang serba berkecukupan. Ayah saya adalah seorang pengusaha di bidang perbankan yang cukup diperhitungkan di daerah saya. Saya menikah atas dasar paksaan ayah saya. Sungguh tidak mengenakan menikah dengan orang yang tidak saya cintai, walaupun sudah kurang lebih sembilan tahun usia pernikahan kami. Suami saya, Bramono, adalah seorang dokter yang sedang mengambil spesialisasi bedah di Rumah Sakit pemerintah di kota kami. Terlihat hebat memang. Tapi sayangnya keluarganya ternyata memiliki bibit keturunan "orang stress". Ini yang menyebabkan saya mengambil keputusan untuk lebih baik mengadopsi daripada memiliki keturunan 'stress'. Sikapnya sebagai suami sama sekali tidak mencerminkan seorang suami. Terlebih saat dia menyadari bahwa dirinya adalah kesayangan ayah saya, mertuanya. Beberapa alasan ayah saya sangat menyayanginya adalah karena suami saya adalah seorang dokter dan (katanya) adalah keturunan orang terhormat. Terhormat? Menjaga nama baik diri sendiri saja tidak bisa, apalagi nama baik keluarga dan rumah tangga? Sudah cukup lama saya bertahan menjaga nama baik keluarga, hingga akhirnya saya menyadari bahwa ada pihak ketiga yang mengganggu rumah tangga kami. Namanya Erna. Dia seorang mahasiswi kedokteran hewan yang menjadi gundik suami saya untuk sekian tahun lamanya. Sama sekali tidak ada yang menarik dari dirinya. Kalau boleh saya menyombongkan diri, perbedaan saya dan dirinya ibarat langit dan bumi. Entah apa yang diinginkan suami saya dari dirinya. Bukan hanya nama baik rumah tangga kami yang tercoreng, tapi juga nama baik orang tua saya. Dia membawa 'gundik'nya itu dengan leluasa menggunakan kendaraan pribadi ayah saya, karena memang ia belum mampu memiliki sebuah mobil. Bahkan untuk membeli bautnya pun mungkin masih meminta uang dari saya. Di tengah kebingungan, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti program Magister Manajemen yang baru saja dibuka di sebuah universitas negeri di kota saya. Di sini saya banyak menjumpai teman baru. Kejenuhan dan kebingungan saya mulai sedikit terobati dengan aktivitas belajar baik di kampus maupun di luar. Entah angin darimana yang berhembus, saya mendengar bahwa salah seorang teman kuliah saya bertempat tinggal di daerah perumahan yang sama dengan Erni. Tiba-tiba timbul kembali rasa penasaran terhadap 'gundik' suami saya itu. Ibarat wartawan, saya pun mulai melancarkan beberapa pertanyaan daerah seputar perumahan tersebut. Namanya Eri. Begitu setidaknya ia dipanggil. Pertama memang ia menaruh curiga terhadap pertanyaan saya. Saya berusaha membohonginya agar aib rumah tangga saya tidak terbongkar. Namun karena rasa penasarannya yang begitu besar, saya tidak dapat lagi menutupinya. Terlebih dia begitu jelas memberi informasi mengenai dimana lokasi tepatnya Erni tinggal dan keadaan sekelilingnya. Hingga akhirnya saya meminta tolong untuk sesekali mengintip apakah suami saya pernah berkunjung ke sana. Akibatnya, saya sering berhubungan dengannya untuk mendapatkan informasi lebih darinya. Dari sekedar menerima informasi dan meminta tolong lagi, akhirnya saya tidak dapat menahan lagi penderitaan yang saya alami. Saya akhirnya sering berkeluh kesah mengenai keadaan rumah tangga saya yang sebenarnya. Entah kenapa saya lakukan ini. Eri adalah totally stranger, yang seharusnya sama sekali tidak mengetahui kondisi intern rumah tangga kami. Tapi bagaimana lagi? Saya sudah sering berkeluh kesah dengan orang tua mengenai suami saya. Mereka hanya menyuruh saya untuk bersabar. Dengan adik saya, mereka memang merasa kasihan kepada saya, namun mereka juga tidak bisa berbuat banyak karena kesibukan bisnisnya. Saya juga pernah berkeluh kesah dengan bibi (tante) saya yang belum menikah, namun dengan cepat dia menjawab, "Waduh, janganlah bicara itu kepada saya, saya tidak sama sekali tidak tahu masalah seperti itu!" Kemana lagi saya harus berkeluh? Pada awal cerita saya kepada Eri, dia memang menganjurkan agar saya berbicara kepada orang tua saya. Namun itu merupakan anjuran basi bagi saya. Eri tidak putus asa. Dia terus memberi dukungan secara moral. Yang membuat diri saya seolah semakin tenang berada di sisinya untuk mendengarkan dan menerima dukungannya. Kemudian dia pun membuka rahasia mengenai dirinya. Mengenai siapa dirinya sebenarnya dan bagaimana kondisi orang tuanya. Dari situ saya melihat beberapa kemiripan diantara kami berdua. Saya pun mulai comfortable apabila sudah berada di sisinya. Dan pertemuan pun sering kami atur. Entah itu berkedok kelompok belajar atau lainnya. Hingga akhirnya, entah kenapa tumbuh rasa suka saya kepada dirinya, dan di suatu saat Eri memberanikan diri untuk menyentuh tangan saya dan memegangnya. Saya merasakan getaran yang ia jalarkan ke diri saya. Akhirnya tanpa saya sangka, ia mengutarakan perasaannya. Perasaan yang sama dengan apa yang saya rasakan terhadap dirinya. Singkat cerita, kami mulai sepakat saling mengasihi. Dan kami pun mulai secara rutin bertemu untuk berbagi kasih. Walau pun hanya sebatas di dalam mobil saya. Kekagetan saya yang berikutnya adalah sewaktu Eri tiba-tiba mencium bibir saya. Lucu rasanya saya mengenang kejadian tersebut. Seolah saya adalah seorang gadis yang baru pertama kali dicium oleh pria. Saya tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, saya memang mencintainya. Di sisi lain, saya sudah menikah dan bersuami. Kembali dia melayangkan kecupan dibarengi dengan sedikit lumatan pada bibir saya. Saya tetap tidak berkutik. Hingga akhirnya dia bertanya,"Kenapa tidak dibalas?" Setelah kami saling tatap untuk beberapa saat. Akhirnya..... saya pun membalas lumatan bibirnya. Kisah kasih kami terus berjalan dengan sedikit bumbu saling cemburu apabila saya terkesan mulai den\kat dengan suami saya, atau saya mendengar isu bahwa Eri berkenalan dengan seorang gadis. Tapi itu semua tetap tidak mempengaruhi cinta kami. Percumbuan kami semakin hangat. Dia pun mulai berani menggerayangi bagian-bagian tubuh saya. Baik dengan menggunakan tangannya atau dengan mulutnya. Buah dada saya yang berukuran 36B ini sudah sering kali menjadi sasaran empuk mulutnya. Dan saya sangat menikmatinya. Saya pun sering mencumbu dadanya yang lapang, dan sesekali mempermainkan mulut dan lidah saya di pentilnya. Dia pun sangat menikmatinya. Hingga akhirnya permainan kami mengalami peningkatan. Jemarinya mulai terampil menyusup kepada celana dalamnya dan mempermainkan klitoris saya. Saya mulai merasakan geli dan nikmat bercampur menjadi satu, terlebih apabila ia kombinasikan dengan mencumbu tubuh saya. Kami saling bergantian mencumbu hingga akhirnya pun saya hanyut dalam kebiasaan melakukan oral sex terhadapnya. Dia begitu surprise saat saya melakukan oral. Eri tidak menyangka, seperti halnya saya. Saya bahkan sempat terheran pada diri saya sendiri. Banarkah saya melakukan ini? Pertama kali saya melakukan oral sex terhadapnya, memang saya kikuk sekali. Eri hanya membuka sedikit celana dalamnya hingga kepala penisnya tersembul. Entah kenapa, saat saya sedang mencumbu tubuhnya, saya sangat terdorong untuk mencumbu penisnya dan memasukkannya ke dalam mulut saya. Dan sejak saat itu, percumbuan kami belumlah lengkap apabila saya belum melakukan oral sex terhadapnya. Bagi saya, saya merasa memiliki hobby baru. Membuatnya nikmat melalui oral sex. ...suatu saat di tengah percumbuan hebat kami dimana pakaian kami sudah hampir terbuka semua, di jok belakang mobil saya di pelataran parkir department store "R" yang terletak di jalan yang menggunakan nama seorang pangeran, ia mengangkat rok saya dan menyingkap sedikit celana dalam saya, lalu kemudian dengan cepat dan lembutnya, Eri mencumbu dan menyapu vagina saya dengan lidahnya. Sungguh saya dibuatnya kaget dan bingung yang bukan kepalang. Suami saya sama sekali tidak pernah melakukan hal ini terhadap saya. Di tengah kebingungan itu, saya sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Saya mencintainya, tapi saya sama sekali tidak menyangka hingga sejauh ini kisah asmara kami. Begitu lembutnya dia mempermainkan klitoris saya dengan sapuan lidahnya, hingga akhirnya rasa bingung itu lenyap ditelan rasa geli dan nikmat yang sudah menjalar di sekujur tubuh saya. Saya hanya bisa meremas rambut kepalanya, menekan kepalanya lebih dekat di vagina saya yang kian membasah. Kenikmatan itu juga yang akhirnya membuat saya mengangkat kedua paha dengan lebih membuka kangkangan keduanya. Setelah kurang lebih lima belas menit dia menjilati klitoris saya dengan berbagai cara, saya disuruhnya rebah di jok belakang dan segera dia menindih saya. Rupanya Eri telah menurunkan celananya tanpa sepengetahuan saya sewaktu saya masih melayang-layang. Dengan cepat Eri menyodorkan penisnya menuju bibir vagina saya. Dan mempermainkan kepala penisnya di bibir vagina saya. Saya kembali menggelinjang. Sama sekali tidak terbesit di benak saya, bahwa kami masih bermain di area parkir sebuah pusat belanja yang terletak di jalan "D". Yang suatu saat dapat dipergoki satpam. Kembali saya tersentak hebat saat kepala penisnya menggesek-gesek klitoris saya dengan agak kuat. Tubuh saya mulai bergetar hebat. Apa ini yang dinamakan luapan birahi? Karena vagina saya yang sudah basah sejak tadi, Eri tidak mendapat kesulitan untuk akhirnya dengan cepat dan lembut menyelipkan penisnya di liang vagina saya. Saya kembali tersentak dalam sejuta kenikmatan. Sebuah benda yang besar dan panjang menyelinap masuk secara perlahan, sehingga menimbulkan gesekan halus pada klitoris saya. Tubuh saya mengejang sesaat. Tiba-tiba muncul rasa heran yang amat sangat dalam diri saya. Selama ini saya tidak pernah merasakan nikmatnya sex dengan suami saya. Yang saya tahu selama ini, sex adalah menyakitkan. Saya hanya menjadi mesin pemuas nafsu sex suami saya tanpa peduli apakah saya menikmatinya atau tidak. Nikmat sex seolah-olah hanya dongeng belaka di telinga saya. Tapi Eri... seolah-olah dia kini memberikan bukti bahwa nikmat sex itu ada. Dan nyata. Kini saya sadar sepenuhnya. Saya semakin mencintainya. Saya pun kembali larut dalam kebahagiaan nikmatnya sex. Saya pun menyambut cintanya, juga menyambut goyangannya tidak kalah hebat. Seolah saya ingin menumpahkan dan mencapai kenikmatan sex yang baru saya rasakan dan ingin memberitahunya untuk bersama menikmati sex ini sepuas-puasnya. Entah berapa lama kami bercinta dan saling berpacu dalam nafsu birahi di dalam mobil Genio berwarna gelap bernomor polisi D* 1**9 **. Akhirnya dia membiarkan saya selesai terlebih dahulu. Sungguh saya tidak menyangka bahwa kenikmatan sex itu begitu indah, menyenangkan dan memuaskan. Saya pun dibuatnya lemas dan tidak bertenaga, terkapar di jok mobil. Telentang tidak berdaya, dengan rasa sejuta bahagia dan kepuasan yang tidak ternilai. Sementara Eri akhirnya mempercepat ritme ayunan pinggulnya dan saya merasakan adanya semburan hangat di dalam vagina saya. Semburan sperma Eri. Saya sempat khawatir akan kehamilan akibat hubungan kami. Tapi Eri segera berbisik bahwa dia ingin saya hamil dan membesarkan anak tersebut. Berangsur-angsur kekhawatiran saya menghilang. Di satu sisi, keinginan saya untuk hamil bisa saja terkabul. Dan ini yang saya tunggu. Akhirnya siasat pun diatur, apalagi golongan darah Eri sama persis dengan suami saya. Sejak saat itu, kami pun rutin melakukan hubungan sex untuk saling meluapkan cinta dan memuaskan nafsu birahi kami, dimana pun kami sempat. Bahkan pernah di ruangan kantor saya pada saat sepi, Eri meminta saya untuk berdiri membungkuk di tepi meja kerja saya dan dia menyetubuhi saya dari belakang dengan terlebih dahulu mengangkat rok dan menurunkan celana saya dan kemudian mempermainkan vagina saya dengan lidahnya yang kasat. Kini bukan saja suami saya yang berselingkuh. Saya pun turut terjerumus dalam dunia perselingkuhan. Perselingkuhan yang saya rasa adalah abadi. Apakah ini semua karena cinta sejati saya dengan Eri? Apakah karena awalnya kawin paksa oleh ayah saya, hingga tidak pernah ada cinta antara saya dan suami saya? Hingga kini hubungan saya dan Eri telah berusia dua tahun, baik hubungan komunikasi maupun secara sexual. Kami tetap saling memperhatikan, mengasihi, menjaga dan juga saling mengisi kekurangan satu sama lain. Seperti layaknya suami istri sejati. Kini saya sudah tidak peduli lagi terhadap apa yang dilakukan suami saya. Anak kandung saya dari hasil hubungan intim saya dengan Eri dan anak angkat saya pun lebih dekat dengan Eri ketimbang suami saya. Entah kenapa, saya sangat berbahagia menjalani semua ini. Saya sudah menemukan cinta sejati saya……

Tante Suka Brondong

Mendung tebal angin dingin mulai menghembus, aku terus melaju mobil ku melintasi jalan raya yang agak sepi, aku baru saja mengunjungi salah satu nasabahku yang tempatnya agak jauh dari kota, aku harus melewati jalan raya yang sepi dan jauh dari perumahan penduduk.Tiba tiba saja aku merasakan ban mobilku kempes, lalu aku menoba berhenti dan memeriksanya, ternyata ban belakang sebelah kiri kempes."ah g papa pasti aku masih bisa menaikinya sampai di kota" pikirku. Dan ketika aku membuka pintu mobilku, aku tak bisa membuka nya.Astaga aku menutup pintu mobilku dan kunci mobil masih mengantung di dalam, haaa...dasar sial. aku mencoba mencari Hpku, Oh no..! Hp dan tas ku juga di dalam mobil. Hujan mulai turun aku bsah kuyup kehujanan, mana sudah menjelang malam, tempat sunyi kek begini weeeeeeh....merinding rasanya.Setelah 20 menit berlalu aku melihat lampu mobil, aku melambai lambaikan tanganku. Mobil itu berhenti dan ternyata pengendaranya adalah anak anak muda, sepertinya pelajar SMU. "eehhhmmm....boleh minta tolong g dik, pinjem Hp nya buat telpon ke rumah, bentar aja,kunci mobil aku kekunci didalam mobil,dan tas aku di dalam juga" kataku sambil gemetaran menahan dingin. "waduh mbak..eh tante masuk mobil aja dulu, biar g kedinginan" jawab salah seorang darimereka.Aku masuk kemobil, karena memang kedinginan. "aduh sorry ya mobil nya jadi basah" kataku. ternyata dimobil itu ada tiga orang remaja yang masih berseragam SMU, bau mobil terasa banget bau rokok, dan seperti nya mereka abis minum minum. " ah g apa apa tante, ini HP nya ,telpon aja dulu" kata pemuda itu sambil menyerahkan HP. Berkali kali aku coba menghubungi G ada yang menjawab,tidak biasanya di rumah sepi jam segini, gerutuku. "G ada yang angkat ya tante?" tanya pemuda yg di sebelahku. "iya, g tau kemana mereka" kataku mulai gelisah. " kalo begitu kita anter aja deh tante, rumah nya dimana"jawab pemuda yang di depan. "wah agak jauh dek, di jln kartini" jawabku " gpp tante paling juga 30 menit kan dari sini" jawabnya lagi "iya deh makasih kalo g keberatan nanti aku ganti uang bensin nya ya" kataku lagi Mobil melaju,agak perlahan karena hujan lebat sekali, aku semakin kedinginan karena baju yang aku kenakan basah sekali.Aku mencoba menggosok gosokkan telapak tanganku, untuk mengurangi ras dingin.
"Riki lepas donk jaket lo, kasih ke tante biar g kedinginan, lo mah dah liat gitu di diemin aja" kata pemuda yang menyetir mobil. kemudian pemuda yang duduk di kursi depan melepas jaket nya dan memberikan nya padaku. "kenalin tante yang di sebelah tante tuh namanya Dendi, nah ini Riki, and gw Angga " kata si angga mengenalkan diri. "tante masih dingin ya, mau gw peluk tante biar agak hangatan dikit" tanya si Dendi tiba tiba. aku tak menjawab karena tubuhku bener bener gemetar kedinginan, aku biarkan saja si Dendi memelukku.aku mulai merasakan hangat di tubuhku. aku memejamkan mataku. Tiba tiba aku merasakan sesuatu merayap ke buah dadaku, aku membiarkan nya,aku pura pura tak merasakan apa apa,aku merasakan nafas Dendi mulai takteratur.perlahan perlakuan Dendi membangkitkan gairahku, aku geserkan tubuhku sedikit agar Dendi bisa leluasa bermain main di payudaraku. Dendi menngecup kupingku, yang seketika itu mengalirkan getar birahi, yang secepatkilat menjalar keseluruh tubuhku. "oh..ssshhhh.....aaahhh" desahku, "tante...aahhh ...kamu cantik sekali" desah Dendi, sambil perlahan mulai meraih bibirku, kami berciuman, lidah Dendi bermain main di ronngga mulutku, tanganku mulai aktif, menjamah dan mengelus apapun yang bisa aku elus dari tubuh Dendi.Aku benar benar lupa kalo di mobil itu ada oarang lain. dan tanpa aku sadari aku merasakan elusan elusan lain di pahaku, sementara tangan Dendi masih memainkan payudaraku, dan bibirnya masih terus melumat bibirku. "ahk...aahhh...aaaaahhh...."aku terpekik mana kala elusan elusan itu menyentuh sesuatu yang paling sensitif itu. rupa nya Riki tanpa kusadari telah berpindah tempat, Riki terus mengelus dan mulai melepas celana dalamku, aku benar benar di derai perasaan nikmat yang teramat sangat. "ooohhhh....terusin...oh yah...aaahhh" desahku mana kala Riki mengelus elus Vaginaku dan sesekali menyentuh clitku dengan jempolnya. Dendi meucuti pakaianku, melepas braku, aku benar benar tak kuasa menolak kenikmatan itu. Dendi melumat , menghisap dan mengulum puting payudaraku bergantian. dan Riki mulai menjilati bibir kemaluanku. sunnguh kenikmatan yang luar biasa menyerang aku dari bwah dan atas. "tante...nikmat sekali payudara tante " kata Dendi. "isep Den..terusin Den...aaah" ceracauku. "oooohhh....Ki aahhh...masukin jari nya ki...terus ki...Buka ki masukin lidah kamu Ki...oooohh" aku semakin gila.Aku mengangkat angkat pantatku sambil tanganku menekan kepala Riki yang sibuk menjilati kemaluanku. "aaaahhh...Tante memek tante enak sekali...Riki suka sekali" kata riki "aduh kalian jahat ya...masak gw suruh nyetir mobil sambil ****** gw ngaceng kek gini" celoteh Angga. " Den...tante buka ya" kataku sambil meraih seleting celana Dendi. Dendi pasarah saja. Gundukan yang keras di balik CD biru itu membuat aku tak tahan ingin segera menikmatinya. Dendi bangkit dan melepas celana dan CD nya. Riki mengikuti hal yg dilakukan Dendi, kemudian aku duduk diantara mereka, kedua nya melumat payudaraku bergantian, sementara aku melebarkan kakiku, sebelah kiri ke Riki dan sebelah kanan di atas paha Dendi, jelas sekali memekku yang basah itu terpampang dengan jelas nya. sementara kedua tanganku sibuk memainkan titit Dendi dan Riki. tangan Dendi merambat turun dan menyentuh vaginaku, aku mengeliat ketika jari riki mulai menusuk lubang vaginaku. kemudian aku merubah posisiku, dengan membelakangi Riki dan mengoral titit Dendi. tapi kemudian riki menarik pantatku dan mengangkat nya, sehingga posisiku setengah menungging. " aaahh...tante...isep tante...oooohhh nikmat sekali" ceracau dendi "isep ****** gw tante....oooohhhh ...terusin tante ....isep..."dendi mengeliat tak karuan ketika buah jakar itu aku isep dan aku coba masukkan semua kemulutku. aku terus mempermainkan ****** Dendi, menusuk nusukkan ujung lidah ku ke lubang yang kecil itu. sementara itu, Riki memberiku sensasi yang luar biasa, ketika lidah dendi menyapu anusku,memainkan lidah nya di anusku. tiba tiba aja Angga mengejutkan kita semua. "Dah sampe neh...giliran gw kalian mundur semua " kata Angga sambil membuka pintu mobil, yang tanpa aku sadari ternyata kita sudah di dalam ganransi mobil Angga. kemudian Dendi turun yang diikuti oleh Riki, mereka berdua tergopoh gopoh memakai kembali celana mereka. angga menarik jaket yang hendak ku kenakan kembali, dan menarik tanganku keluar dari mobil, dalam keadaan baju yang terbuka dan bra yang terlepas, Rok yang berantakan, Angga menariku masuk kerumah nya, aku mengikuti saja. "gantian, lo harus muasin gw, dari tadi gw dah ngaceng negliat tingkah kalian" kata si Angga yang sambil mendorongku jatuh ke sofa, kemudian dengan kasar dia membuka celananya sendiri dan menyodorkan ****** nya yang sudah mengeras ke mulutku. "ayo isep bich...hah...ayo!" Dengan kasar Angga menyumpal mulutku dengan kontolnya. Aku mengisap, ****** angga memainkan dengan lidahku,sesekali aku kocok dengan tanganku. lidahku berputar putar di seputar buah pelirnya. "oooh yah...terus sayang...isep...lo emang lihai...aahhh...aaahhh" ' ****** kamu enak banget Ngga...aku suka banget" aku mengumam menikmati ****** Angga. "ngga ...boleh ya aku isep ****** lo ampe keluar? " godaku " Iya sayang....aahhh....isep sayang...oooohhh....yah begitu...begitu sayang terus...terusin.." angga meracau menikmati seponganku. Aku merasakan kedutan di batang Angga, yang aku tau dia sebentar lagi bakal menyemburkan pejuhnya, aku sengaja mempermainkan Angga, dengan menghentikan aktifitasku, aku melepas ****** itu dari mulutku. " sayang kenapa berhenti...ayo donk isep lagi...dah mau keluar neh...ayo donk" rayu Angga sambil menyodorkan ****** nya ke mulutku. aku tersenyum sambil berdiri. " he he he ...nanti donk Ngga...aku haus nih...boleh minta minum ya?" godaku. "g boleh ayo ...isepin dulu ampe keluar please donk sayang...ayao.." kata angga sambil mengelus elus pantatku. " kalo lo bisa buktiin ke aku kalo lo bisa muasin aku....aku mau isep punya kamu ampe keluar" tantangku " dasar perempuan....sini gw puasin lo minta yang gimana hah?" angga geram mendengar tantanganku. kemudian dengan kasar dia membopong tubuhku ke meja makan. Angga menciumiku dengan kasar, yang dimana buat aku semakin membakar gairahku, ciuman angga semakin ganas, dari telingaku kemudian leherku menjadi sasarannya, dengan kasar Angga melucuti pakaianku sehingga aku berbugil ria. dalam sepintas pandang aku melihat riki dan Dendi yang ternyata dari tadi melihatku sambil beronani. ciuman angga turun ke payudaraku, memilin milin putingku dengan liah nya, semnetara tangan angga menyusuri pahaku, mengelus dan mulai meraba raba vaginaku yang sudah basah. aku merenggangkan kakiku agar angga bisa leluasa memainkan vaginaku yang becek. angga memasukkan jari nya ke memeku mencoba mencari G spot dan mengocok nya dengan gerakan yang cepat. " oh ya...yah...yaaah...terus ngga...terus" ceracauku "lo suka hah...enak kalo memek lo gw beginikan hah" "iya ngga..terusin sayang...oooohhh..nikmat nya nggak...terus ngga" " ayo bilang lo mo gw apain...mo gw isepin ...mo gw entot memek lo ini hah"kata angga sambil mengocok memekku dengan jarinya. kemudian angga mengangkat tubuhku agar aku duduk di meja makan, kemudian angga mulai menggisap memekku dengan lidah nya. " ayo bilang bich..enak g gw giniin...hah...memek lo udah basah..memek lo udah gatal kan?" " iay ngga...memk aku udah g sabar minta lo entot..ayo ngga masukin ngga...aku mohon" aku merintih memohon pada angga agar segera mengentotku. "hhmmm...memek lo nikmat ...ooohhh...aku suka sekali" ceracau angga ' nggak...ooohhh....aaaahhh....gigit nggak itil aku ngga...iyah begitu...ooohhh" " lo suka dikasarin yah...heh....gw akan entot lo...ampe lo puas" "ngga ...ayo ngga masukin ngga...aku udah g tahan" rintihku, sambil terus meremas remas rambut angga, angga seakan akan sengaja mempermainkan gairahku, dia terus mengisap memeku dan jarinya menusuk nusuk memekku. Riki dan Dendi mendekati aku dan angga, yang kemudaian dendi segera meraih payudaraku, sementara Riki melumat bibirku, sungguh pengalam luar biasa yang belum pernah aku rasakan, di serbu dari segala arah membuat aku semkain tak bisa menahan dasyat nya kenikmatan itu. " aaahhhkkk....ooohhh....aku...ak...aku ke..keluar nggaaaaaa....aaah...aaahhh" aku menjerit sambil tanganku menekan kepala angga, aku mengalami orgasme yang teramat hebat. Angga berdiri dan menarik tanganku, aku mengikutinya, disusul dendi dan riki, Angga membawaku ke ruang tamu, kemudian angga mulai mencumbuku kembali, kali ini Angga menyuruhku duduk di sofa, dan dengan nafsu yang meletup letup angga menciumi bibirku. kemudian angga memutar tubuhku, kakiku disandaran sofa sementara kepalaku menggelantuh kelantai, kemudian dendi menarik kakuku agar lebih naik. kemudain angga mengangkangi kepalaku dan mulai menyodok nyodokkan ****** nya ke mulutku, sementara itu Riki dan Dendi secara bergantian menghisap isap memekku, "ooohh....yah baby suck it ...suck...terus tante...oooohhh" angga menikmati permainan permanian lidahku, aku sendiri merasakan kenikmatan yangluar biasa mana kala aku merasakan jari jari dendi dan riki memainkan clitku. lima menit kemudian angga menarik tubuhku dan memintaku terlentang di sofa, dan mulai lah angga memasukkan ****** nya. "aaahhh....angga...enak ngga...enak sayang...entot aku ngga" celotehku "tante memek tante enak....sempit sekali tante...rasanya ****** angga kek di sedot sedot" "entot aku ngga...terus ngga sodok yang dalem ngga" "tante...gw mo keluar tante...gw udah g tahan....aaahh...aaahhh...enak tante" "Jangan ngga...tante masih suka ****** kamu ngga...aaahhh...jangan keluarin dulu ngga" pintaku, tapi angga keburu menyemprotkan pejuh nya. "aaaaahhhhhhhh.........aaaaaahhhh........aaah...aa hh..." erang angga "sorry tante...angga g kuat nahan tante...udah dari tadi sih tante"jawab angga aku kecewa rasanya karena memekku masih ingin merasakan sodokan sodokan ****** angga yang besar dan panjang itu. " Dendi ayo donk sayang...fuck me...memek tante masih pengen ****** lagi ayo..." pintaku ke Dendi yang dari tadi coli sendiri. kemudian Dendi mendekatiku dan mulai memasukkan penis nya yang tak seberapa besar ukuranya. sementara Riki memintaku mengoralnya. "oh ya...ooohhh....yah...yah...entot tante Den...yaah...terus Den" ocehku "tante goyang tante...yah begitu tante ...oooohhhh...nikmat tante..enak" "Ki...****** lo enak banget....tante suka sekali" kemudian aku melepas isepanku di ****** Riki ..dan meminta Dendi berhenti, aku berganti posisi, aku meminta Riki duduk di sofa yang kemudian aku naik dan menggoyang nya dari atas, semnetara itu aku meminta Dendi untuk memasukkan ****** nya ke anusku. "aahkk...pelan pelan Den...tante belom pernah soal nya" pintaku ketika Dendi main sodok aja ke anusku. setelah berulangkali gagal menembus anusku ahirnya masuk juga. "aaahhh...oooohhh..tante peret sekali...lebih sempit" kata dendi. "ooohhh....tante memek tante enak sekali" "ayo sayang...nikmati tubuh tante ini...ayo...aahhh...nikmatin sampai kalian puas" racauku "ooohhh tante dendi mo keluar...barengan yah tante" "tahan dulu den...biar barengan ma Riki" pintaku tiga menit kemudian riki memintaku menggoyang nya lebih cepat "ayo tante goyang...iya ...begitu...terus tante...terus" "aaaahhhhhh.......ahhk...aaahkk...aaaahhhh" kami bertiga keluar bersamaan, kakiku gemetar menahan kenikmatan itu, sementara Dendi mencabut penis nya dan terkulai di sofa, semnetara aku memeluk erat Riki. Kami melakukan nya kembali, mereka mengentotku bergantian, payudaraku lengket lengket karena pejuh mereka, sekujurtubuhku terasa bagaikan kena lem lengket dimana mana, tak terasa waktu menunjukan pukul 11 malam, lalu aku bergegas mandi dan meminta angga untuk mengantarku pulang. dalam perjalanan pulang, aku merasakan kepuasan yang tak terhingga, ternyata enak juga ML dengan anak anak muda. mereka lebih rakus lebih dasyat.